Profil

Profil

Mengenal lebih dekat Desa Krisik dengan sejarah, visi, dan misi dalam berkomitmen untuk melayani masyarakat dengan baik.

Video Profil

Tonton video profil Desa Krisik untuk melihat keindahan alam, budaya, dan keseharian warga yang hangat dan penuh semangat. Saksikan potensi Desa Krisik yang melimpah dan menarik!

-VISI-

Menjadikan Desa Krisik sebagai desa yang nyaman untuk bertempat tinggal dan berinvestasi dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan.

-MISI-

1

Mengembangkan solidaritas antar tokoh masyarakat dan semua komponen masyarakat untuk membangun desa yang berlandaskan moral serta menjunjung tinggi nilai-nilai adat istiadat.

2

Menanggulangi kemiskinan dengan peningkatan keterampilan, pengembangan pertanian, industri kecil, perdagangan, dan peran koperasi dalam pemberdayaan ekonomi kerakyatan serta penciptaan lapangan pekerjaan.

3

Meningkatkan pengelolaan potensi sumber daya alam (SDA) dengan meningkatkan sumber daya manusia melalui pendidikan formal, non-formal, dan pelatihan.

4

Menjamin dan mendorong usaha-usaha untuk terciptanya pembangunan di segala bidang yang berwawasan lingkungan dan kebencanaan, sehingga terjadi keberlanjutan usaha-usaha pembangunan dan pemanfaatannya.

5

Membangun infrastruktur perdesaan untuk industrialisasi pertanian, peternakan, dan perkebunan serta memperkuat sumber-sumber ekonomi rakyat dan kelembagaan ekonomi masyarakat.

6

Meningkatkan peranan generasi muda dalam mewujudkan cita-cita pembangunan desa.

7

Mengutamakan peran serta masyarakat melalui lembaga/organisasi kemasyarakatan baik yang bergerak di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan politik dalam rangka mendorong kemandirian masyarakat.

8

Mengembangkan dan membangun sistem pemerintahan desa yang profesional, efektif, dan efisien serta berorientasi pada pelayanan publik, didukung pengembangan Sistem Informasi Kependudukan dan Sistem Administrasi Desa yang Terpadu, faktual, aktual, serta berbasis komputer.

9

Mempunyai Badan Penelitian dan Pengembangan yang mampu menganalisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats), meneliti, dan mencarikan solusi terbaik bagi kemajuan dan kemakmuran Masyarakat Desa Krisik.

10

Meningkatkan kehidupan masyarakat yang semakin layak, adil, dan merata serta memberi perhatian utama pada kebutuhan dasar dan terpenuhinya sarana prasarana umum termasuk membangun dan mendorong majunya bidang kesehatan yang mudah diakses dan dinikmati seluruh warga masyarakat.

11

Pemberdayaan masyarakat yang berwawasan gender (menciptakan keluarga harmonis dan meningkatkan peran perempuan di tingkat masyarakat).

12

Mengembangkan desa Krisik menjadi tujuan favorit untuk berwisata, berbelanja, dan berinvestasi.

13

Membangun dan mendorong majunya bidang pendidikan baik formal maupun informal yang mudah diakses dan dinikmati seluruh warga masyarakat tanpa terkecuali yang mampu menghasilkan insan intelektual, inovatif, dan enterpreneur (wirausahawan).

14

Membangun dan mendorong usaha-usaha untuk mengembangkan dan mengoptimalkan sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan, baik tahap produksi maupun tahap pengolahan hasilnya sehingga mampu menghasilkan Produk Andalan Desa.

ISTIMEWA

Tur Virtual 360

Rasakan keindahan wisata Desa Krisik tanpa harus meninggalkan kenyamanan rumah Anda. Nikmati pengalaman tur virtual 360 yang membawa Anda menjelajahi setiap sudut keindahan desa dengan detail yang memukau.

Pembagian Wilayah Desa

Wilayah Desa Krisik terdiri dari 4 Dusun yaitu: Krisik (Dusun I), Wonorejo (Dusun II), Tirtomoyo (Dusun III), dan Barurejo (Dusun IV), yang masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Dusun. Posisi Kepala Dusun menjadi sangat strategis guna banyaknya limpahan tugas desa kepada aparat ini.

Dusun

RW

RT

Krisik

001

4

002

2

003

5

004

3

Wonorejo

001

4

002

4

003

4

Tirtomoyo

001

5

Barurejo

001

4

002

4

003

4

1890 - 1900

Pada tahun 1830, di bawah kepemimpinan Gubernur Jenderal Johannes Van den Bosch, pemerintah kolonial Belanda memperkenalkan sistem cultuur stelsel atau tanam paksa. Sekitar tahun 1835, Belanda memperluas pengaruhnya ke Krisik, menjadikan wilayah tersebut sebagai area tanam paksa kopi. Penduduk setempat diwajibkan menanam kopi di tanah mereka dan membuka hutan untuk perkebunan kopi. Area ini kemudian dikenal sebagai 'Persil Kopi'.

Seiring meningkatnya hasil panen, Belanda membangun infrastruktur pengolahan kopi. Mereka mendirikan pabrik penyangraian kopi di Wonorejo dan pabrik pengolahan di Barurejo. Sebuah pasar juga dibangun di Barurejo Barat. Untuk mendukung Persil Kopi, Belanda membangun fasilitas pengembangbiakan kuda di Barurejo Barat, lengkap dengan rumah jagal dan area pemakaman kuda. Sementara Belanda menikmati keuntungan besar, penduduk Krisik menderita akibat tekanan sistem tanam paksa. Perkembangan Persil Kopi di Krisik sangat pesat, ditandai dengan melimpahnya hasil panen. Namun, para pemimpin lokal, mulai dari Djasari hingga Raden Mas Modjo, beserta rakyat, tidak mampu melawan pemerintah kolonial Belanda karena keterbatasan senjata dan jumlah penduduk, serta kekuatan militer Belanda yang superior.

Pada 1887, seorang pedagang ikan bernama Markonah dari Gresik mulai berdagang di Krisik. Sistem penjualan kredit bulanannya sangat menguntungkan penduduk setempat. Berkat kebaikan budinya, Markonah akhirnya diangkat menjadi Lurah pada tahun 1890, menggantikan Raden Mas Modjo.


1900 - 1942

Pabrik penggilingan kopi milik Belanda berkembang pesat seiring dengan melimpahnya hasil kopi dari Persil Kopi, menarik penduduk dari luar daerah seperti Jawa Tengah dan Trenggalek. Pada tahun 1915, Padmo Didjojo dari Surakarta diangkat menjadi Lurah menggantikan Markonah. Namun, pada tahun 1919, letusan Gunung Kelud menghancurkan banyak infrastruktur, termasuk pabrik kopi Belanda, yang memicu masyarakat Krisik untuk merebut kembali lahan pertanian dari pemerintah Hindia Belanda. Dipimpin oleh Padmo Didjojo, mereka membongkar sebagian tanaman kopi untuk pemukiman dan membuka lahan baru untuk pertanian, meningkatkan populasi dan aktivitas ekonomi di desa.

Pada masa pemerintahan Padmo Didjojo, masyarakat Krisik mulai menata kehidupan dengan bebas menanam sesuai keinginan mereka, meskipun taraf hidup masih di bawah kendali Hindia Belanda. Marto Ngali dan Prapto berperan dalam mendokumentasikan tanah desa. Pada tahun 1937, Martodjojo menggantikan Padmo Didjojo sebagai lurah, dikenal karena kekayaan dan ketegasannya. Belanda membangun rumah mewah dan gedung sekolah di Wonorejo pada tahun 1933 dan 1939, yang menjadi pusat pendidikan masyarakat Krisik dan Tulungrejo. Sekolah ini awalnya hanya sampai kelas III, dengan kelas IV dan seterusnya di Semen.


1942 - 1945

Masuknya Jepang ke Indonesia membawa penderitaan besar bagi rakyat Krisik. Jepang melakukan tindakan yang menyebabkan kesulitan ekonomi, kekurangan bahan makanan, dan kelaparan. Penduduk dipaksa menanam pohon jarak untuk keperluan militer Jepang dan menggunakan pakaian dari karung goni, yang menyebabkan penyakit kulit. Jepang juga membentuk Nogyo Kumiai (Koperasi Pertanian) yang hanya dijadikan kedok untuk mengeruk hasil pertanian milik petani di Krisik, sehingga petani hanya menerima sebagian kecil dari hasil panen mereka. Hal ini membuat masyarakat enggan bertani, dan banyak lahan pertanian yang dibiarkan tidak terurus.

Jepang juga memaksa penduduk menjadi romusha, tenaga kerja paksa yang hidup dalam kondisi sangat mengenaskan. Mereka bekerja keras tanpa upah dan makanan, menyebabkan banyak yang meninggal atau sakit. Selain itu, Jepang membentuk organisasi semi militer seperti Seinendan dan Keibodan untuk memperkuat pasukannya. Di Krisik, banyak gua dan lubang dibuat untuk menyembunyikan barang-barang milik Jepang, yang diangkut pada malam hari saat penduduk dipaksa bersembunyi dan mematikan lampu. Ini menambah kesulitan dan ketakutan yang dirasakan oleh rakyat Krisik selama pendudukan Jepang.


1945 - 1950

Saat Agresi Militer Belanda II pada tahun 1948, masyarakat Desa Krisik aktif membantu mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Mereka mengetahui tentang agresi ini melalui selebaran udara. Rumah Lurah Krisik, Sastro Wiratmo Suratmin, dibakar oleh Belanda yang mengira tempat tersebut adalah markas Tentara Indonesia. Rumah itu memang sering dijadikan tempat berkumpul Barisan Pemuda untuk membahas perjuangan dan kemajuan desa, dan pernah menjadi tempat pertemuan penting yang dihadiri oleh tokoh-tokoh seperti R. Samadikoen, R. Sunaryo, Mas Isman, dan R. Darmadi untuk mempersiapkan perlawanan terhadap Belanda.

Pada tahun 1948, Letnan Satu Kriting Satrio Sasono memimpin TNI dan TRIP Jawa Timur membawa Meriam Gempur 'Banteng Blorok' ke Tirtomoyo. Meriam ini ditempatkan di ketinggian di tepi dusun Tirtomoyo dengan larasnya diarahkan ke Wlingi, yang diduduki oleh Tentara Belanda. Selain itu, Kompi-3/Subiantoro dari Plosoklaten juga datang ke Tirtomoyo untuk melaporkan tugas mereka kepada Mas Isman. Hampir seluruh kekuatan Batalyon TRIP Jawa Timur berkumpul di daerah ini untuk mengadakan reorganisasi dan pembagian daerah kerja.

Sastro Wiratmo Suratmin, yang hidup di pengungsian, memobilisasi masyarakat untuk menyediakan logistik dan membantu pejuang dan TRIP di Desa Krisik. Masyarakat dengan sukarela menyediakan ketela, jagung, dan makanan lainnya untuk para pejuang. Saat pertempuran Wlingi pada Juli 1949, masyarakat Desa Krisik bekerja sama dengan TRIP untuk menggempur Tentara Belanda dan membebaskan Camat Wlingi dan Camat Talun yang ditawan. Barisan Pemuda membantu memikul senjata berat seperti mortir dan kanon.


1950 - 1965

Pada tahun 1950, setelah perang mempertahankan kemerdekaan, masyarakat Krisik mulai membangun kembali desa mereka. Mereka bergotong royong memugar rumah Sastro Wiratmo Suratmin yang dibakar oleh Belanda dan menata kembali areal pertanian yang terbengkalai. Dipimpin oleh Lurah Sastro Wiratmo Suratmin, mereka memulihkan kembali sistem pertanian dan pendidikan yang terhenti selama masa perang. Sekolah di Krisik yang sempat terhenti pada masa pendudukan Jepang dihidupkan kembali, dan masyarakat mulai kembali bekerja di ladang serta memperbaiki infrastruktur yang rusak.

Pada tahun 1956, desa Krisik diusulkan untuk dijadikan sebagai kawasan industri oleh pemerintah. Proyek ini termasuk membangun pabrik pengolahan kopi dan pengembangan infrastruktur pertanian modern. Pemerintah juga memperkenalkan sistem pengairan baru dan teknologi pertanian untuk meningkatkan hasil panen dan kehidupan masyarakat. Selama periode ini, terjadi banyak perubahan sosial dan ekonomi yang membawa kemajuan pesat di Krisik.

Pada tahun 1965, setelah periode pembangunan yang pesat, Krisik menjadi salah satu desa yang dikenal dengan keberhasilan pertanian dan industri kopinya. Masyarakat Krisik kini hidup lebih sejahtera dan mandiri, berkat hasil kerja keras dan dedikasi mereka dalam membangun desa pasca-perang.


1965 - 1990

Pada tahun 1965, dengan pemerintahan baru dan stabil, desa Krisik memasuki era pembangunan yang lebih terencana. Pemerintah daerah memberikan perhatian khusus pada pengembangan ekonomi dan infrastruktur desa. Program-program pembangunan desa dilaksanakan, termasuk pembukaan jalur transportasi baru yang menghubungkan Krisik dengan kota-kota besar di sekitarnya, serta pengembangan sektor pertanian dan industri.

Pada tahun 1970, Krisik mulai dikenal sebagai pusat pengolahan kopi dengan pabrik-pabrik yang modern dan efisien. Pemerintah juga memperkenalkan program pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat dalam bidang pertanian dan industri. Program-program ini membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Krisik dan menciptakan lapangan kerja baru.

Selama periode ini, Krisik mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat dan perubahan sosial yang signifikan. Masyarakat Krisik menikmati kemajuan dalam kualitas hidup dan fasilitas umum, termasuk peningkatan akses terhadap pendidikan dan kesehatan. Dengan adanya dukungan dari pemerintah dan kerja keras masyarakat, Krisik berhasil menjadi salah satu desa yang maju dan sejahtera di wilayah tersebut.


1990 - Sekarang

Memasuki tahun 1990-an, Krisik terus mengalami kemajuan dalam berbagai sektor. Pembangunan infrastruktur terus dilanjutkan, dengan adanya proyek-proyek besar seperti pembangunan jalan raya, jembatan, dan fasilitas umum lainnya. Pemerintah daerah juga aktif dalam merencanakan dan melaksanakan program-program untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, termasuk program-program kesehatan, pendidikan, dan sosial.

Krisik juga mulai menarik perhatian wisatawan dengan adanya potensi wisata alam dan budaya yang dimilikinya. Pemerintah dan masyarakat bekerja sama untuk mengembangkan sektor pariwisata, termasuk pembangunan fasilitas wisata, pengelolaan lingkungan, dan promosi wisata. Hal ini membawa dampak positif pada ekonomi lokal dan menciptakan peluang kerja baru bagi masyarakat.

Saat ini, Krisik menjadi salah satu desa yang maju dengan kombinasi antara kemajuan ekonomi, kesejahteraan sosial, dan keberagaman budaya. Masyarakat Krisik terus berkomitmen untuk menjaga dan mengembangkan desa mereka, memastikan bahwa kemajuan yang dicapai dapat dinikmati oleh generasi mendatang.